A. Biografi Sunan Giri
Sunan Giri adalah anak dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, penguasa wilayah Blambangan di akhir Majapahit. Namun, orang-orang Blambangan menganggap kelahiran Sunan Giri ini sebagai pembawa kutukan yang membawa penyakit ke kerajaan Blambangan. Prabu Menak Sembuyu menyambut kelahiran Sunan Giri dengan membuat tempat bayi dari besi dan memerintahkan para pengawal kerajaan untuk menghanyutkan ke laut.
Dewi Sekardaru kemudian mendengar berita itu. Dewi Sekardadu mengejar bayinya yang baru dilahirkan. Selama berhari-hari dia menyusuri pantai tanpa memikirkan nasibnya sendiri. Dewi Sekardadu juga meninggal saat mencari anaknya.
Peti yang berisi Bayi itu dibawa ke tengah laut oleh ombak. Peti itu berkilau seperti kapal kecil di tengah laut. Tidak diragukan lagi, cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang berencana untuk berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri peti yang bersinar itu, mengambilnya, dan membukanya. Setelah mengetahui bahwa isi peti itu adalah bayi laki-laki yang halus dan bersinar, awak kapal terkejut. Awak kapal kemudian memutar haluan kembali ke Gresik untuk menyerahkan temuannya kepada saudagar perempuan yang tinggal di Gresik bernama Nyai Gede Pinatih. Bayi itu menarik perhatian Nyai Gede Pinatih, yang mengangkatnya sebagai anak dan memberikan nama Joko Samudra.
Atas permintaan sendiri, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat, yang juga dikenal sebagai Sunan Ampel, saat dia berusia dua belas tahun. Tidak lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas murid kesayangannya itu dan mengirimnya bersama Makdhum Ibrahim ( yang juga dikenal sebagai Sunan Bonang) ke Pasai untuk mempelajari Islam sebelum memenuhi hasratnya untuk menunaikan ibadah haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq, yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri. Di sinilah Joko Samudra mendengar kisah tentang masa kecilnya.
Setelah berguru kepada ayahnya selama tiga tahun, Raden Paku, atau Raden 'Ainul Yaqin, diminta oleh gurunya, ayahnya sendiri, untuk kembali ke Jawa untuk menyebarkan ajaran Islam di Jawa.
B. Dakwah Sunan Giri
Puncak perjuangan dakwah Sunan Giri yaitu saat beliau berhasil mendirikan sebuah pesantren yang diamanahkan oleh ayahnya. Pesantren tersebut dibangun di perbukitan Desa Sidomukti, Gresik, Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, pesantren tersebut semakin dikenal di Pulau Jawa bahkan di seluruh nusantara. Baru 3 bulan saja pesantren ini sudah memiliki banyak santri yang ingin menimba ilmu bersama Sunan Giri.
Banyaknya santri yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren tersebut, membuat pesantren itu semakin terkenal. Hal tersebut yang membuat perjuangan dakwah beliau di Pulau Jawa semakin mudah. Beliau juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Pulau Jawa bahkan di luar Pulau Jawa. Sunan Giri selanjutnya juga mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Giri Kedaton, dimana kerajaan ini mampu bertahan selama 200 tahun.
Setelah beliau meninggal, kedudukannya kemudian digantikan oleh beberapa keturunannya. Diantaranya yaitu Sunan Dalem, Sunan Giri Prapen, Sunan Sedo Margi, Sunan Kawis Guwa, Panembahan Ageng Giri, dan Panembahan Mas Witana Sideng Rana. Kemudian dilanjutkan kembali oleh Pangeran Sidonegoro (bukan keturunan Sunan Giri), dan dilanjutkan lagi oleh Pangeran Singosari.
Pada masa kepemimpinan Pangeran Singosari, terjadi sebuah serangan dari Sunan Amangkurat II yang ingin merebut kerajaan tersebut. Pangeran Singosari dari pasukannya berjuang keras demi mempertahankan Kerajaan yang dibuat oleh Sunan Giri. Pada saat itu, beliau kemudian dibantu oleh Kapten Jonker dan juga VOC. Pada akhirnya Pangeran Singosari berhasil mempertahankan Kerajaan Sunan Giri tersebut.
Namun setelah Pangeran Singosari meninggal pada tahun 1679 M, kemudian kerajaan Giri Kedaton tersebut ikut hancur. Meski begitu, nama Raden Paku atau Sunan Giri masih tetap dikenang hingga saat ini, karena beliau merupakan seseorang yang sangat mulia.
Metode Dakwah Sunan Giri
Pusat kegiatan dakwah Sunan Giri berada di Kerajaan Giri Kedaton yang beliau dirikan, sehingga di wilayah kerajaan tersebut mayoritas penduduknya memeluk ajaran agama Islam. Salah satu metode efektif untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah dengan mendirikan pondok pesantren. Metode tersebut juga dipergunakan oleh Sunan Giri, beliau mendirikan sebuah pesantren untuk memberikan pendidikan agama Islam. Dalam melakukan dakwahnya, beliau menciptakan beberapa lagu atau tembang untuk anak-anak. Lagu tersebut dibuatnya dengan tujuan agar anak-anak atau santri yang ada di pesantren tersebut lebih mudah untuk menyerap ilmu ajaran agama Islam.
Beberapa lagu yang beliau ciptakan yaitu Lir-ilir dan Dolanan Bocah, lirik lagu tersebut berisi tentang berbagai nilai-nilai atau pesan yang diambil dari ajaran Islam. Bahkan lagu tersebut juga masih banyak dinyanyikan hingga saat ini. Selain melalui lagu, beliau juga menciptakan berbagai permainan seperti Jelungan atau Jitungan yang hingga saat ini masih banyak dimainkan oleh masyarakat Jawa Timur.
Permainan tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengajarkan seseorang untuk bisa selamat dalam hidup di dunia dan di akhirat. Caranya yaitu dengan berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam.
Peran Sunan Giri dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara
Dalam perjuangan dakwahnya, Sunan Giri memiliki berbagai peran penting dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Berikut ini beberapa peran besar beliau dalam berdakwah di Pulau Jawa.
1. Peran di Blambangan, Jawa Timur
Setelah Raden Paku atau Sunan Giri melaksanakan ibadah haji di Mekah, beliau kemudian diberi amanat oleh Sunan Ampel untuk melakukan dakwah di daerah Blambangan, Jawa Timur.
Blambangan, Jawa Timur merupakan tempat kelahiran ibu kandungnya dan daerah yang dipimpin oleh kakeknya yaitu Prabu Minak Sembuyu yang dulu pernah membuang Sunan Giri ke samudera.
Meski begitu, saat Sunan Giri datang ke daerah tersebut, Prabu Minak Sembuyu sangat senang. Bahkan ia juga mengizinkan Sunan Giri untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Hingga agama Islam di daerah tersebut berkembang dengan pesat, dan pada akhirnya agama Hindu dan Buddha mulai tersisih dari daerah tersebut dan bergeser ke Pulau Bali yang sampai saat ini masih berkembang.
2. Peran di Kota Gresik, Jawa Timur
Pada suatu ketika Sunan Ampel juga pernah menugaskan Sunan Giri untuk mendatangi ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih di Kota Gresik. Namun maksud dari Sunan Ampel bukanlah itu saja, dimana Sunan Giri juga ditugaskan untuk membantu kegiatan berdagang ibunya tersebut sembari berdakwah. Sunan Giri tentu selalu melakukan dakwah ajaran Islam pada saat sedang membantu ibunya berdagang. Pernah pada suatu ketika keajaiban terjadi, dimana karung yang tadinya berisi pasir dan batu berubah menjadi berisi emas, damar, rotan, dan berbagai benda yang dibutuhkan saat itu.
Selain itu, Sunan Giri juga berhasil mengubah ibu angkatnya yang semula tidak pernah bersedekah menjadi orang yang sangat suka berzakat dan bersedekah.
Hal tersebut kemudian menjadikan Kota Gresik mengalami perkembangan yang sangat pesat terkait agama Islam.
3. Membuat Sebuah Pesantren
Setelah menikah, beliau tetap melaksanakan kegiatan dakwah dan tetap membantu ibunya untuk berdagang yang membuat beliau semakin dikenal secara luas. Dengan begitu banyak orang-orang berdatangan untuk belajar ilmu agama Islam dengan beliau. Agar bisa fokus untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam dengan sempurna, beliau kemudian meminta izin kepada ibunya untuk berhenti dari dunia perdagangan.
Kemudian setelah mendapatkan izin dari ibu angkatnya, Sunan Giri kemudian pergi ke sebuah goa yang ada di Desa Kembangan, Kota Gresik untuk melakukan tafakur selama 40 hari 40 malam. Selepas itu beliau kemudian teringan dengan segenggam tanah yang pernah diberikan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren di tanah Jawa. Hal tersebut yang kemudian mendasari pendirian pesantren yang dibantu oleh masyarakat sekitar dan ibu angkatnya.
4. Peresmian Masjid Demak
Saat peresmian Masjid Demak yang diresmikan oleh Sunan Kalijaga mempersembahkan sebuah pertunjukan wayang, ternyata Sunan Giri ikut berperan dalam peristiwa besar tersebut.
Pada awalnya pertunjukan wayang yang ingin dipersembahkan merupakan wayang rupa seperti wajah manusia atau yang disebut juga dengan wayang beber.
Namun hal tersebut ditentang oleh Sunan Giri karena kurang sesuai dengan ajaran Islam. Pada akhirnya Sunan Kalijaga berpikir dan mengganti hal tersebut dengan menggunakan bentuk wayang karikatur, yang saat ini dikenal dengan wayang kulit. Peresmian Masjid Demak dibuka untuk umum secara gratis. Namun sebagai gantinya, persyaratan untuk bisa melihat pertunjukan tersebut adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam. Hal tersebut membuat banyak orang yang masuk ke agama Islam.
Peninggalan Sunan Giri
Sepeninggal beliau, Sunan Giri meninggalkan beberapa peninggalan yang masih terjaga hingga kini. Berikut ini beberapa peninggalan dari Sunan Giri.
1. Masjid
Peninggalan Sunan Giri yang pertama yaitu sebuah masjid. Masjid tersebut lokasinya berada di sebelah makam beliau. Masjid asli peninggalan beliau yaitu bangunan yang berada di bagian tengah. Masjid tersebut memiliki gaya arsitektur yang cukup unik, karena mengkombinasikan antara gaya arsitektur Islam, Jawa, dan Hindu.
2. Giri Kedaton
Salah satu peninggalan Sunan Giri yang paling terkenal yaitu Giri Kedaton. Giri sendiri memiliki arti bukit, dan kedaton berarti keraton.
Giri Kedaton tersebut dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan Giri yang dipimpin oleh Sunan Giri, Giri Kedaton tersebut juga merupakan sebuah pondok pesantren.
Menurut sejarah, kerajaan Giri tersebut mampu bertahan sekitar 200 tahun dan telah melewati beberapa generasi. Lokasi Giri Kedaton sangatlah strategis, dimana Giri Kedaton terletak di tempat paling tinggi di Gresik yaitu di Desa Sidomukti.
3. Museum
Semua peninggalan beliau juga tersimpan rapi di sebuah Museum Sunan Giri. Museum tersebut terletak di area terminal bus Maulana Malik Ibrahim yang juga tidak jauh dari alun-alun Kota. Di dalam museum tersebut bisa ditemukan berbagai benda peninggalan dari Sunan Giri.
4. Telogo Pegat
Peninggalan Sunan Giri yang terakhir yaitu Telogo Pegat. Telaga ini memiliki bentuk yang sangat besar seperti danau. Telogo Pegat ini terdapat di kawasan Giri, Kebomas, Gresik. Menurut warga setempat, telaga ini tidak pernah surut meskipun sedang terjadi kemarau panjang..