Postingan Populer

Jumat, 29 November 2024

SUNAN AMPEL

SUNAN AMPEL

Sunan Ampel

A. Biografi Sunan Ampel

Penyebaran dan perkembangan Islam di Nusantara dapat dikaitkan dengan peran besar Sunan Ampel. Atas undangan Prabu Sri Kertawijaya, Sunan Ampel terlebih dahulu mengunjungi Palembang dan Tuban untuk menyebarkan Islam sebelum pergi ke Trowulan, ibu kota Majapahit. Kehadirannya di Trowulan mencerminkan pergeseran agama di Majapahit dari Hindu ke Muslim.

Sunan Ampel diberi nama Sayyid Ali Rahmatullah. Ayahnya bernama Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama dari Samarkand di Asia Tengah, yang menikah dengan putri Raja Campa (Kamboja), Dewi Candrawulan. Diperkirakan dia lahir pada tahun 1401 M.

       Menurut beberapa versi, Sunan Ampel dan adiknya, Sayid Ali Murtadho, tiba di pulau Jawa pada tahun 1443 M. Sebelum pergi ke Jawa, mereka tinggal di Palembang pada tahun 1440. Setelah tiga tahun tinggal di Palembang, ia pindah ke Gresik. Dia kemudian pergi ke Majapahit untuk bertemu dengan putri Campa Dwarawati, bibinya, yang menikah dengan Prabu Sri Kertawijaya, raja Majapahit yang beragama Hindu.

        Sayyid Ali Rahmatullah menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Arya Teja, bupati Tuban. Sejak saat itu, gelar pangeran dan raden disematkan kepadanya. Raden RahmatIa memiliki banyak putera dan puteri dari pernikahannya. Diantaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat menjadi penerusnya. Sunan Ampel juga termasuk salah seorang yang ikut andil dalam  pembentukan Kesultanan Demak, yang berjarak 25 kilometer arah selatan Kudus. Ia juga yang menunjuk muridnya, Raden Patah, putra Prabu Brawijaya V raja Majapahit.

Sunan Ampel memiliki 2 orang istri, yakni istri pertama bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila dan istri kedua bernama Dewi Karimah. Dari istri pertama yakni Dewi Condrowati , Sunan Ampel dikaruniai 5 orang anak, diantaranya:

  1. Maulana Mahdum Ibrahim (Sunan Bonang)
  2.  Syarifuddin (Sunan Drajat)
  3. Siti Syarifah (Istri Sunan Kudus)
  4.  Siti Muthmainnah
  5. Siti Hafsah

Sedangkan istri kedua yakni Dewi Karimah, Sunan Ampel dikaruniai 6 orang anak, diantaranya:

  1. Dewi Murtasiyah
  2.  Dewi Murtasimah
  3. Raden Husamuddin
  4. Raden Zainal Abidin
  5. Pangeran Tumapel
  6. Raden Faqih

B. DAKWAH SUNAN AMPEL

1. Memperbaiki Moral Bangsawan Majapahit

Pada tahun 1443, Sunan Ampel, saudara tuanya Ali Musada dan sepupunya Raden Burereh, tiba di Tuban dan tinggal di sana. Beliau kemudian mengunjungi bibinya, Dewi Sasmitaputri, di Kerajaan Majapahit.Saat itu, kerajaan Majapahit berada dalam keadaan sulit. Kebiasaan adipati dan petinggi kerajaan untuk mengabaikan peran mereka sebagai pemimpin adalah penyebabnya. Mereka lebih suka bersenang-senang.

Raja Brawijaya meminta Sunan Ampel untuk memperbaiki masalah internal ini. Perlahan-lahan, Sunan Ampel berhasil mengembalikan Kerajaan Majapahit ke keadaan asalnya. Beliau bahkan memiliki kemampuan untuk menyadarkan dan membimbing para adipati dan bangsawan ke jalan yang benar. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Sunan Ampel terus berdakwah. Ia membuat masjid untuk tempat ibadah dan dakwah.

MASJID SUNAN AMPEL

Dakwah Sunan Ampel dilakukan dengan sangat singkat dan cepat. Dalam metode dakwah Sunan Ampel, dikenal ada istilah moh limo. Istilah "moh limo"—dari bahasa Jawa yang berarti "tidak melakukan lima hal tercela"—digunakan dalam metode dakwah Sunan Ampel. Di antaranya adalah:

                              1.            moh main, yang berarti tidak berjudi;

                              2.            moh ngombe, yang berarti tidak mabuk-mabukan;

                              3.            moh maling, yang berarti tidak mencuri;

                              4.            moh madat, yang berarti tidak mengisap candu;

                              5.            dan moh madon, yang berarti tidak berzina.

Metode dakwah ini terbukti memiliki kemampuan untuk memperbaiki moralitas masyarakat, yang pada saat itu konon telah merosot sampai pada tingkat yang memprihatinkan. Ini adalah salah satu alasan Prabu Sri Kertawijaya mengizinkan Sunan Ampel untuk menyebarkan Islam ke semua tingkatan sosial.

Membangun Kesultanan Demak: Setelah dakwahnya berhasil, Sunan Ampel mendirikan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Itu disebut Kesultanan Demak. Pada tahun 1475, ia memilih Raden Patah, muridnya, sebagai sultan pertama kerajaan.

2. Membangun Kesultanan Demak:

Setelah dakwahnya berhasil, Sunan Ampel mendirikan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Itu disebut Kesultanan Demak. Pada tahun 1475, ia memilih Raden Patah, muridnya, sebagai sultan pertama kerajaan. Masjid Agung Demak juga dibangun oleh Sunan Ampel. Pada tahun 1481, Sunan Ampel meninggal dunia dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel di Surabaya.

Sunan Ampel juga membangun dan mengembangkan pondok pesantren di Ampel Denta, wilayah tersebut merupakan wilayah yang diberikan Raja Majapahit. Pesantren menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh di Nusantara dan bahkan di luar negeri pada pertengahan abad kelima belas. Dia mendapatkan banyak murid, termasuk Sunan Giri dan Raden Patah, yang kemudian dikirim untuk berdakwah ke seluruh Jawa dan Madura.

3. Membangun Pesantren

Sejarah pesantren Ampel Denta dimulai ketika Raden Patah, putra dari Raja Majapahit Prabu Brawija V, naik tahta sebagai Sultan Demak pada tahun 1475 M. Sunan Ampel, yang saat itu merupakan gurunya, adalah orang yang menunjuk Raden Patah sebagai Sultan Demak. Raja Majapahit memberi Sunan Ampel tanah, yang kemudian disebut Kampung Ampel, sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasihnya kepadanya.

Sejarah mencatat bahwa banyak saudagar Muslim Arab yang datang ke Surabaya, Jawa Timur, menempati Kampung Ampel. Selain itu, Sunan Ampel mengembangkan wilayah itu dengan mendirikan sebuah pondok pesantren, yang kemudian disebut Pesantren Ampel Denta. Beliau meminta orang-orang di sekitarnya untuk membantu mendirikan pondok tersebut. Sekitar pertengahan abad ke-15 M, pesantren Ampel Denta menjadi pusat pendidikan Islam yang kuat di Nusantara dan di luar negeri.

Sunan Giri dan Raden Patah adalah beberapa santri terkenal yang ikut belajar di Ampel Denta. Setelah belajar, mereka akan mengamalkan pengetahuan yang mereka pelajari di Ampel Denta di daerah masing-masing dengan mendirikan pondok pesantren. Selain itu, dakwah yang disampaikan masih cukup sederhana, yaitu tentang akidah dan ibadah. Kerja keras Sunan Ampel membuahkan hasil yang baik.

Ini terbukti oleh banyaknya orang di sekitar dan di luar Ampel Denta yang datang untuk belajar di sana, menjadikannya pusat pendidikan Islam. Selain itu, Sunan Ampel menyebarkan ajarannya ke luar Ampel Denta, terutama ke Demak, Jawa Tengah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama-nama nabi palsu erikut adalah daftar beberapa orang yang tercatat dalam sejarah sebagai nabi palsu, yang mengaku-ngaku menerima wahyu a...