Postingan Populer

Sabtu, 07 Desember 2024

DAFTAR NABI PALSU

Nama-nama nabi palsu


erikut adalah daftar beberapa orang yang tercatat dalam sejarah sebagai nabi palsu, yang mengaku-ngaku menerima wahyu atau menjadi nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ, padahal risalah kenabian telah ditutup:


Masa Rasulullah ﷺ


1. Musailamah al-Kazzab

Dari Bani Hanifah di Yamamah, Musailamah mengaku sebagai nabi pada masa Rasulullah ﷺ. Ia bahkan mengirim surat kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk berbagi kekuasaan, tetapi ditolak keras. Ia tewas dalam Perang Yamamah.



2. Aswad al-Ansi

Seorang dari Yaman yang mengaku sebagai nabi menjelang wafatnya Rasulullah ﷺ. Ia dikenal sebagai penyihir dan akhirnya dibunuh oleh pengikut Nabi Muhammad ﷺ.



3. Sajah binti al-Harith

Wanita dari Bani Tamim yang mengaku sebagai nabi. Awalnya, ia bersekutu dengan Musailamah, tetapi kemudian kembali ke Islam setelah kematian Musailamah.




Masa Setelah Rasulullah ﷺ


4. Tulaihah bin Khuwailid

Dari Bani Asad, ia mengaku sebagai nabi setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Ia akhirnya kembali ke Islam setelah kekalahan dalam perang melawan pasukan Khalifah Abu Bakar.



5. Al-Harith bin Suwaid

Mengaku sebagai nabi di wilayah Bahrain. Ia memberontak terhadap kekhalifahan, tetapi akhirnya tewas.



6. Mirza Ghulam Ahmad

Pendiri gerakan Ahmadiyah di India pada abad ke-19. Ia mengklaim sebagai nabi dan pembaharu agama, meskipun bertentangan dengan ajaran Islam tentang penutupan kenabian.



7. Elijah Muhammad

Pemimpin Nation of Islam di Amerika Serikat, ia dianggap oleh pengikutnya sebagai utusan Allah, meskipun klaim ini tidak diakui dalam Islam.



8. Rashad Khalifa

Seorang ilmuwan Mesir-Amerika yang mengaku sebagai nabi pada abad ke-20. Ia juga mempromosikan penafsiran Quran yang kontroversial.




Nabi Palsu Modern


9. Lia Eden (Indonesia)

Seorang wanita asal Indonesia yang mengaku sebagai utusan Tuhan dan menerima wahyu dari malaikat Jibril.



10. Ahmad Musadeq (Indonesia)

Pendiri kelompok Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang mengaku sebagai nabi. Ia kemudian menyatakan bertobat setelah diproses secara hukum.




Penutupan Kenabian


Dalam Islam, Nabi Muhammad ﷺ adalah nabi terakhir (Khatamun Nabiyyin). Siapa pun yang mengaku sebagai nabi setelahnya dianggap keluar dari Islam dan menjadi pelaku kesesatan.


Ashabiqunal Awwalun

As-Sabiqunal Awwalun adalah istilah yang merujuk pada para sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang pertama kali masuk Islam dan beriman di masa-masa awal dakwah. Berikut adalah 12 nama sahabat yang termasuk ke dalam kelompok ini:


1. Khadijah binti Khuwailid

Istri Nabi Muhammad ﷺ dan wanita pertama yang masuk Islam.



2. Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sahabat terdekat Nabi dan khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah.



3. Ali bin Abi Thalib

Sepupu Nabi dan laki-laki pertama yang memeluk Islam di usia muda.



4. Zaid bin Haritsah

Anak angkat Nabi yang juga termasuk orang pertama masuk Islam.



5. Ummu Aiman (Barakah binti Tsa’labah)

Perempuan yang mengasuh Nabi sejak kecil.



6. Utsman bin Affan

Sahabat dekat Nabi dan khalifah ketiga, dikenal karena kedermawanannya.



7. Abdurrahman bin Auf

Seorang saudagar kaya yang mendukung Islam dengan hartanya.



8. Sa’ad bin Abi Waqqash

Salah satu pemanah terbaik di kalangan sahabat.



9. Zubair bin Awwam

Sepupu Nabi dan salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.



10. Thalhah bin Ubaidillah

Seorang sahabat pemberani yang setia pada Nabi.



11. Bilal bin Rabah

Sahabat Nabi dari kalangan budak yang menjadi muazin pertama dalam Islam.



12. Ammar bin Yasir

Salah satu sahabat yang disiksa karena keimanannya, bersama keluarganya.



Kelompok ini sangat dihormati dalam sejarah Islam karena pengorbanan mereka dalam mendukung Nabi dan menyebarkan agama Islam pada masa-masa awal yang penuh tantangan.

Selasa, 03 Desember 2024

KISI-KISI MAPEL SKI

 KISI-KISI

Kelas 4. 

Dakwah Nabi Muhammad dimulai pada saat beliau diangkat menjadi Nabi pada tahun 610 M, di umur 40 tahun. Nabi Muhammad berdakwah di Mekah terjadi selama 13 tahun. 3 tahun dakwah secara sembunyi-sembunyi dan 10 tahun berdakwah secara terang-terangan.

Dakwah artinya adalah mengajak.  Pada awalnya Nabi Muhammad mengajak keluarga, sahabat dan kerabat dekat untuk masuk Islam.  Hal ini terjadi selama tiga tahun.  Yang menjadi sebab Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi adalah karena beliau khawatir diusir seperti kaumnya Nabi Musa as.  Karena pada saat itu mereka berada di zaman jahiliyah (kebodohan). 

Selama 3 tahun ada beberapa orang yang masuk Islam,  orang-orang yang masuk Islam pertama kali disebut dengan Assabiqunal Awwalun, artinya adalah orang-orang yang pertama kali masuk Islam.  

  1. Golongan perempuan yaitu Khadijah
  2. Golongan orang tua adalah Abu Bakar As Siddiq
  3. Golongan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib
  4. Golongan budak yaitu Zaid bin haritsah

Assabiqunal Awwalun berisi 12 nama yaitu
  1. Khadijah
  2. Ali Bin Abi Thalib
  3. Abu Bakar As Siddiq
  4. Zaid bin haritsah
  5. Utsman bin Affan
  6. Bilal bin Rabah
  7. Saad bin Abi waqqash
  8. Zubair bin awwam
  9. Abdurrahman bin Auf
  10. Amr Bin Yasir
  11. Sumayah
  12. Yasir bin Amir

Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh pada agama Allah walaupun menghadapi siksaan yang berat dari kaum kafir Quraisy. 

Setelah berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun turunlah perintah Allah untuk berdakwah secara terang-terangan. Dua langkah yang dilakukan Nabi pada saat dakwah terang-terangan adalah:
  1. Mengadakan jamuan makan di rumah Arqom bin Abi Arqam
  2. Mengajak masyarakat Mekkah berkumpul di bukit Safa dengan tujuan berdakwah.  
Beberapa nama besar yang masuk Islam pada saat dakwah secara terang-terangan adalah Umar Bin Khattab dan hamzah bin Abdul Muthalib.  Hamzah adalah paman nabi yang masuk Islam sedangkan paman nabi yang selalu memusuhi dakwah Rasulullah adalah Amru bin Hisyam (Abu Lahab) . 

Pada saat dakwah nabi secara terang-terangan banyak tantangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad salah satunya adalah bergantian menyembah Tuhan, Sehingga Allah menurunkan surah al-kafirun untuk menjawab tantangan dari kaum kafir Quraisy tersebut. Selain itu kaum kafir Quraisy juga melakukan pemboikotan kepada kaum muslimin.  Isi pemboikotan nya adalah:
  1. Tidak boleh menikah
  2. Tidak boleh membantu
  3. Tidak boleh saling mengasihi
  4. Tidak boleh jual beli
  5. Tidak boleh menjenguk kaum muslimin. 

Karena banyaknya gangguan dari kaum kafir Quraisy maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kepada para sahabat untuk berhijrah.  Tujuan hijrah para sahabat adalah habasyah atau Habsyi atau Ethiopia yang berasal dari benua Afrika Timur.  Hijrahnya sahabat kabasyah dapat dibagi menjadi dua periode. 
  1. Periode 1 dipimpin oleh Utsman bin Affan.  Beliau memimpin sebanyak 15 orang. Hijrahnya sahabat ke habasyah periode 1 terjadi pada tahun 615 Masehi atau 5 tahun setelah kenabian. 
  2. Periode 2 dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib.  Beliau memimpin sebanyak 101 orang., terdiri dari 83 laki-laki dan 18 perempuan.  Berbeda dengan periode 1 kaum kafir Quraisy berusaha menggagalkan hijrahnya sahabat ke habasyah.  Mereka mengutus dua orang untuk menghadap kepada raja habasyah.  Dua orang tersebut adalah Amr Bin Ash dan Abdullah bin Abi rabiah. Mereka berdua membujuk Raja habasyah dengan cara memberikan harta sebagai ganti untuk mengusir kaum muslimin dari habasyah.  Namun Raja habasyah tetap memperbolehkan kaum muslimin tetap tinggal karena mereka tidak melakukan kerusakan.  Utusan kaum kafir Quraisy tidak kehabisan akal kali ini mereka mempengaruhi raja habasyah dengan berkata bahwa kaum muslimin tidak percaya bahwa Nabi Isa adalah seorang Tuhan. 

Kepribadian Nabi Muhammad SAW. 
Nabi Muhammad memiliki pribadi yang baik dan menjadi contoh bagi umat Islam. 
  1. Siddiq artinya adalah jujur atau membenarkan.  Lawan dari sikap Sidiq adalah kizib yaitu dusta. 
  2. Amanah artinya adalah dapat dipercaya.  Lawan dari sikap amanah adalah khianat atau tidak dapat dipercaya. 
  3. Fathonah artinya adalah cerdas.  Lawan dari sikap Fathonah adalah jahil atau bodoh. 
  4. Tabligh artinya adalah menyampaikan.  Lawan dari sikap Tabligh adalah kitman atau menyembunyikan Wahyu. 
Tanda-tanda bagi seorang Munafik ada tiga yaitu ketika dia berkata Dia dusta ketika diberi amanah dia khianat dan ketika dia berjanji dia Ingkar. 

Minggu, 01 Desember 2024

SUNAN BONANG

SUNAN BONANG


BIOGRAFI

Sunan Bonang atau yang memiliki nama asli Raden Makhdum Ibrahim merupakan salah satu anggota dari Walisongo atau Sembilan Wali. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 M. Beliau memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran ajaran Agama Islam di Nusantara. Sunan Bonang merupakan salah satu putra dari anggota Walisongo lainnya yaitu Sunan Ampel. Ibunya adalah Nyai Ageng Manila yang merupakan putri adipati Tuban. Selain itu, beliau juga merupakan cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Raden Makhdum Ibrahim atau sunan Bonang juga merupakan seorang guru dan imam besar yang sangat disegani dan dihormati di pulau Jawa.


Selain ayah dan kakeknya yang juga anggota Walisongo, Sunan Bonang juga memiliki seorang kakak kandung yang juga merupakan anggota Walisongo, yaitu Sunan Drajat atau Raden Qosim. Sejak masih kecil, Raden Makhdum Ibrahim sudah diajarkan tentang ilmu Agama Islam dengan tekun dan disiplin oleh ayahnya sendiri yaitu Sunan Ampel. Untuk bisa menjadi seorang wali dan meneruskan perjalanan dakwah ayahnya, Sunan Bonang harus berusaha menuntut ilmu sebanyak mungkin bahkan hingga melakukan perjalanan jauh.


Saat usia remaja, Sunan Bonang diutus oleh ayahnya untuk pergi ke Pasai, Aceh dan ditemani oleh Sunan Giri atau Raden Paku. Perjalanan tersebut bertujuan agar Sunan Bonang belajar ilmu agama Islam dengan Syekh Maulana Ishak yang merupakan ayah dari Sunan Giri atau Raden Paku. Setelah merasa cukup, beliau dan Raden Paku kemudian kembali ke Pulau Jawa untuk memulai perjalanan dakwahnya. Sedangkan menurut versi China yang berada di naskah klenteng Talang menyebutkan bahwa nama kecil Sunan Bonang yaitu Liem Bong Ang. Dengan nama tersebut kemudian beliau lebih dikenal dengan sebutan Bonang.


Makam



Sebelah Masjid Agung Tuban, Jawa Timur

Kampung Tegal Gubug, Bawean, Jawa Timur


Beliau merupakan seorang putra dari Bong Swi Ho yang dikenal dengan Sunan Ampel. Selain itu beliau merupakan cucu dari Bong Swi Hwo dan cucu buyut dari Bong Tak Keng.


Silsilah Sunan Bonang

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa Sunan Bonang merupakan keturunan dari Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Selain itu, beliau juga merupakan seorang cucu dari Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dengan garis keturunan dari ayahnya tersebut, Sunan Bonang juga masih termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW. Berikut ini garis keturunan atau silsilah Sunan Bonang hingga ke Nabi Muhammad SAW.


       1. Sunan Bonang / Makhdum Ibrahim, bin


       2. Sunan Ampel / Raden Rahmat / Sayyid Ahmad Rahmatullah, bin


       3. Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim, bin


       4. Syekh Jumadil Qubro / Jamaluddin Akbar Khan, bin


       5. Ahmad Jalaludin Khan, bin


       6. Abdullah Khan, bin


       7. Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabadad, India), bin


       8. Alawi Ammil Faqih (Hadramaut), bin


       9. Muhammad Sohib Mirbath (Hadramaut), bin


   10. Ali Kholi’ Qosam, bin


   11. Alawi Ats-Tsani, bin


   12. Muhammad Sohibus Saumi’ah, bin


   13. Alawi Awwal, bin


   14. Ubaidullah, bin


   15. Muhammad Syahrill, bin


   16. Ali Zainal ‘Abidin, bin


   17. Hussain, bin


   18. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW


Keilmuan Sunan Bonang

Sunan Bonang sangat dikenal dengan ilmunya khususnya ilmu tentang fiqih, tasawuf, sastra, ushuluddin, seni, arsitektur, dan lainnya. Sunan Bonang mengajarkan kepada murid atau santrinya untuk mendapatkan ilmu dengan cara bersujud (sholat) dan dzikir. Sunan Bonang mengadopsi ilmu dari seni huruf Hijaiyah yang kemudian beliau ajarkan kepada para santrinya dengan menggunakan metode gerakan fisik yang memiliki makna tertentu dan tentunya bertujuan mulia.


Secara sederhanannya bisa disimpulkan bahwa beliau mengejarkan santrinya sebuah ilmu agar mudah menghafalkan huruf Hijaiyah yang berjumlah 28 huruf. Dengan menghafal huruf-huruf Hijaiyah tersebut, santrinya kemudian diajarkan untuk mengartikan dan juga memahami Al-Quran dengan baik dan benar. Bahkan hingga saat ini, metode yang diajarkan oleh Sunan Bonang masih diterapkan pada Padepokan Ilmu Sujud dan Tenaga Dalam Indonesia.


Kawasan Penyebaran Dakwah Sunan Bonang

Dakwah dan penyebaran ajaran Agama Islam Sunan Bonang dimulai selepas beliau pulang dari perjalanan riyadhohnya. Setelah itu beliau diutus oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel untuk melakukan dakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah Tuban, Jawa Timur. Di daerah tersebut beliau mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian digunakan sebagai pusat dakwah dan menyebarkan agama Islam dengan menggunakan penyesuaian adat Jawa saat itu.


Pondok pesantren Sunan Bonang memiliki santri yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Salah satu murid atau santri Sunan Bonang yang sangat dikenal adalah Sunan Kalijaga, yang juga termasuk seorang sahabatnya. Terdapat beberapa cerita yang menyebutkan bahwa Sunan Bonang merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas penyesuaian adat Jawa dan ajaran Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.


Kisah Pertemuan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga

Suatu ketika, Sunan Kalijaga yang baru diusir dari Kadipaten Tuban pergi ke sebuah hutan dan menetap di hitan tersebut. Kemudian Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Bonang atau Syekh Maulana Makhdum Ibrahim. Namun pertemuannya tersebut ketika Sunan Kalijaga masih menjadi seorang perampok yang baik itu, kemudian Sunan Kalijaga berniatan untuk merampok Sunan Bonang.


Singkat cerita, Sunan Kalijaga merasa tersentuh dan terkesima dengan perkataan Sunan Bonang yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga merupakan sebuah kesalahan. Meskipun Sunan Kalijaga mencuri kemudian memberikannya kepada orang miskin, namun perbuatannya tersebut tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Kemudian Sunan Bonang menunjuk sebuah pohon aren dan merubahnya menjadi pohon emas. Beliau kemdudian berkata ke Sunan Kalijaga “Ambil semaumu, barang tersebut halal untukmu”. Sunan Kalijaga kian terkesima dengan apa yang beliau lihat tersebut.


Sunan Kalijaga kemudian memutuskan untuk ikut Sunan Bonang dan menjadi santrinya. Setelah itu, Sunan Bonang kemudian mengutus raden mas said untuk menjaga tongkatnya yang ditancapkan di pinggir kali. Hingga 3 tahun berlalu, Sunan Bonang baru teringat dan akhirnya beliau menghampiri raden Mas Said yang masih tetap bertapa menunggu tongkat Sunan Bonang.


Kemudian raden Mas Said diajak Sunan Bonang untuk belajar di pesantren beliau, setelah itu raden Mas Said kemudian dikenal dengan nama Sunan Kalijaga (Penjaga Kali).


Metode Dakwah Sunan Bonang Melalui Kebudayaan Jawa


Salah satu metode dakwah yang digunakan Sunan Bonang adalah dengan menggunakan kebudayaan Jawa yang sudah ada sejak lama. Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan ajaran Agama Islam tanpa harus mengubah sebuah kebiasaan dan unsur budaya yang sudah ada sebelumnya. Karena jika beliau langsung mengubah dan melarang apa yang sudah ada saat itu, maka kemungkinan besar orang-orang tidak akan tertarik atau bahkan membenci ajaran Agama Islam.

Beliau kemudian memanfaatkan kesenian rakyat yaitu gamelan bonang dan pertunjukkan wayang. Gamelan bonang merupakan salah satu alat musik kesenian daerah tersebut yang berbentuk bulat dengan benjolan di tengahnya yang terbuat dari kuningan. Alat musik ini dibunyikan dengan cara dipukul dengan menggunakan sebuah kayu kecil.


Sunan Bonang bisa memainkan gamelan bonang tersebut dengan baik dan menghasilkan suara yang sangat merdu dan enak untuk didengarkan. Sehingga membuat masyarakat sangat suka jika beliau memainkan alat musik tersebut. Selain bermain gamelan, beliau juga menciptakan lagu sebagai pengiring dalam pertunjukan wayang.


 


Dalam lagu yang dibuat Sunan Bonang tersebut, selalu terselip ajaran Agama Islam. Bahkan ada juga lagu yang berisi Dua Kalimat Syahadat. Cara tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima ajaran Agama Islam. Setelah masyarakat bisa menerimanya, beliau kemudian mengajarkan agama Islam yang lebih mendalam lagi. Pada setiap pertunjukan, beliau juga selalu menyematkan kalimat dzikir agar masyarakat familiar dengan kalimat tersebut.


 

Metode Dakwah Sunan Bonang Melalui Karya Sastra

 


Sunan Bonang juga menggunakan metode dakwah lain yaitu melalui karya sastra berupa suluk atau tembang. Berikut ini beberapa karya sastra yang beliau gunakan sebagai metode dakwahnya.


1. Suluk Wujil


Suluk Wujil memiliki dua makna yang terkandung di dalamnya.


Makna yang pertama yaitu Sunan Bonang ingin menggambarkan sebuah keadaan atau masa peralihan dari ajaran Agama Hindu ke ajaran Agama Islam.


Dimana peralihan ajaran yang dimaksud mencakup semua aspek termasuk budaya, politik, sastra, intelektual, dan kepercayaan. Hal tersebut terjadi pada runtuhnya Kerajaan Majapahit yang kemudian digantikan dengan Kesultanan Demak. Makna yang kedua yaitu sebagai perenungan Ilmu Ketuhanan dan apa saja yang dimiliki oleh-Nya atau yang biasa dikenal dengan Ilmu Sufi.


Suluk Wujil sendiri diciptakan karena adanya keingintahuan dari salah satu orang santri Sunan Bonang yang bernama Wujil Kinasih tentag ajaran agama Islam hingga ke bagian paling dalam.


Alhasil Sunan Bonang menciptakan Suluk Wujil yang mengandung makna tersirat berupa sebuah tujuan untuk melakukan ibadah, pengenalan diri sendiri, dan hakikat adanya sebuah niat.


2. Suluk Jebeng


Sunan Bonang juga menciptakan Suluk Jebeng yang terdapat dalam Tembang Dandanggula yang hingga saat ini masih terkenal.


Suluk Jebeng tercipta karena adanya sebuah percakapan mengenai pengenalan diri sendiri agar bisa berada di jalan yang benar, dan juga tentang pembentukan khalifah di muka bumi ini.


Suluk Jebeng juga menggambarkan hubungan yang kuat dan saling mengenal antara hamba dengan Tuhannya.


3. Gita Suluk Latri


Sunan Bonang juga membuat Suluk Latri yang memiliki makna tentang sesorang yang sedang menunggu Sang Kekasih hingga merasakan kegelisahan. Saat malam semakin larut, perasaan gelisahnya tersebut menjadi semakin bertambah. Kemudian Sang Kekasih datang lalu membuatnya lupa dengan segalanya. Alhasil ia kemudian terbawa oleh ombak dan hanyut ke tengah lautan tanpa wujud.


4. Suluk Khalifah


Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang juga menciptakan Suluk Khalifah yang berisi tentang perjalanan para Walisongo dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran Agama Islam di Indonesia. Syair Suluk Khalifah juga menjelaskan tentang perjuangan Walisongo dalam menyebarkan dan mengajarkan tentang agama Islam kepada masyarakat. Terdapat juga penjelasan mengenai kisah Sunan Bonang yang menjalankan riyadhoh ke Pasai dan perjalanan beliau saat melakukan ibadah haji.


5. Suluk Gentur atau Suluk Bentur


Suluk Bentur atau Suluk Gentur berisi tentang sebuah perjalanan yang harus dilalui agar bisa mencapai tingkat paling tinggi dari seorang ahli sufi. Syair tersebut dituliskan pada sebuah tembang Wirangrong yang sangat panjang. Arti dari Gentur sendiri yaitu sempurna atau lengkap. Namun tidak sedikit juga yang mengartikannya sebagai sebuah semangat atau ketekunan.


Kandungan yang terdapat pada Suluk Gentur yaitu tentang syahadat da’im qa’im dan fana’ ruh idafi. Syahadat da’im qa’im adalah sebuah anugerah untuk bisa melihat seseorang bersatu atas kehendak Sang Ilahi. Isi dari syahadat tersebut antara lain yaitu:


       1. Syahadat atau penyaksian sebelum orang terlahir ke dunia ini


       2. Syahadat atau penyaksian saat seseorang memeluk dan masuk ke dalam ajaran Agama Islam


       3. Syahadat atau penyaksian yang diucapkan oleh para nabi, wali, dan juga para mukmin sejati


Sedangkan fana’ ruh idafi merupakan bentuk pembuktian dari ayat 28:88 Al-Quran ang berbunyi bahwa segala sesuatu akan binasi kecuali Wajah-Nya.


6. Gita Suluk Wali


Suluk Wali merupakan karya dari Sunan Bonang yang berbentuk lirik puisi yang sangat menakjubkan. Syair tersebut berisi tentang penjelasan bahwa hati dari seseorang yang sedang dalam perasaan cinta itu diibaratkan seperti hanyut dalam pasang air laut dan juga terbakar api hingga hangus tidak bersisa. Selain itu, pada akhir baitnya juga dituliskan “Qalb Al-Mukmin Bait Allah”.


Tembang Tombo Ati Ciptaan Sunan Bonang

Lagu Tombo Ati atau Obat Hati ternyata adalah ciptaan dari Sunan Bonang, bahkan lagu ini masih terkenal hingga sekarang dan banyak dinyanyikan oleh para penyanyi religi seperti Opick.Berikut ini lirik dari Tembang Tombo Ati ciptaan Sunan Bonang:


Tombo Ati iku limo sakwarnane


Moco Quran angen-angen sak maknane


Kaping pindho sholat wengi lakonono


Kaping telu wong kang sholeh kanconono


Kaping papat kudu weteng ingkang luwe


Kaping limo dzikir ingkang suwe


Artinya yaitu:


Obat Hati itu ada lima perkaranya


Bacalah Quran beserta isinya


Yang kedua Sholat malam dirikanlah


Yang ketiga bertemanlah dengan orang-orang sholeh


Yang keempat jalankanlah puasa


Yang kelima berdzikirlah di malam hari


 


Tembang Tombo Ati memiliki makna untuk memberikan nasehat kepada setiap umat mukmin untuk selalu tenang dan dekat dengan Sang Pencipta dengan melakukan 5 perkara tersebut. Jika 5 perkara di dalam lagu tersebut dikerjakan, maka InsyaAllah hidup kita sebagai hamba Allah akan bahagia di dunia dan di akhirat. Dengan begitu hati juga akan merasa damai dan tenteram dalam menjalani kehidupan di dunia ini.


Kelima perkara di atas adalah membaca Al-Quran dan artinya, melaksanakan sholat sunah malam (Sholat tahajud dan sholat witir), berteman dengan orang sholeh, menjalankan ibadah puasa wajib dan sunah, berdzikir di setiap malam.


Makam Sunan Bonang




Makam Sunan Bonang sendiri berbeda dengan makam wali atau sunan lain yang biasanya terletak di kompleks masjid dia berdakwah. Namun makam Sunan Bonang bahkan terdapat di 2 wilayah yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena beragam kisah yang berbeda. Hingga sekarang tidak diketahui pasti mana makam Sunan Bonang.


Letak makam Sunan Bonang yaitu:


1. Kampung Tegal Gubug, Bawean (Sebuah pulau di laut Jawa sebelah utara Tuban)


2. Masjid Agung Tuban


Kisah tersebut terjadi ketika Sunan Bonang sedang melakukan dakwah di Bawean disana beliau mendadak sakit dan wafat pada tahun 1525 Masehi. Setelah itu murid-murid yang ada di Bawean menginginkan untuk beliau dimakamkan di Bawean saja. Namun murid-murid dari Tuban tidak setuju, dan mereka menginginkan untuk Sunan Bonang dimakamkan di tanah Tuban.


Karena santri-santri dari Bawean tetap tidak membolahkan santri-santri dari Tuban untuk membawa Sunan Bonang dan memakamkannya di Tuban, disaat malam hari santri-santri dari Tuban me-nyirep atau menidurkan santri-santri Bawean dan membawa jenazah Sunan Bonang ke Tuban.


Mereka berlayar ke Tuban dengan menggunakan sebuah perahu dan memakamkan jasad Sunan Bonang di komplek Masjid Agung Tuban. Namun anehnya, jenazah Sunan Bonang yang ada di Bawean juga masih ada dan dimakamkan di desa Tegal Gubug, Bawean.


Hingga saat ini kedua makam tersebut tetap terawat dengan baik, keduanya juga masih banyak dikunjungi oleh wisatawan religi atau peziarah. Demikian ulasan mengenai Sunan Bonang atau raden Makhdum Ibrahim, semoga bisa menambah wawasan kalian dan meningkatkan keimanan kalian terhadap Allah SWT. 

SUNAN GIRI

 

Sunan Giri (Jaka Samudra)

A. Biografi Sunan Giri

Sunan Giri adalah anak dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, penguasa wilayah Blambangan di akhir Majapahit. Namun, orang-orang Blambangan menganggap kelahiran Sunan Giri ini sebagai pembawa kutukan yang membawa penyakit ke kerajaan Blambangan. Prabu Menak Sembuyu menyambut kelahiran Sunan Giri dengan membuat tempat bayi dari besi dan memerintahkan para pengawal kerajaan untuk menghanyutkan ke laut.

Dewi Sekardaru kemudian mendengar berita itu. Dewi Sekardadu mengejar bayinya yang baru dilahirkan. Selama berhari-hari dia menyusuri pantai tanpa memikirkan nasibnya sendiri. Dewi Sekardadu juga meninggal saat mencari anaknya.

Peti yang berisi Bayi itu dibawa ke tengah laut oleh ombak. Peti itu berkilau seperti kapal kecil di tengah laut. Tidak diragukan lagi, cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang berencana untuk berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri peti yang bersinar itu, mengambilnya, dan membukanya. Setelah mengetahui bahwa isi peti itu adalah bayi laki-laki yang halus dan bersinar, awak kapal terkejut. Awak kapal kemudian memutar haluan kembali ke Gresik untuk menyerahkan temuannya kepada saudagar perempuan yang tinggal di Gresik bernama Nyai Gede Pinatih. Bayi itu menarik perhatian Nyai Gede Pinatih, yang mengangkatnya sebagai anak dan memberikan nama Joko Samudra.

Atas permintaan sendiri, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat, yang juga dikenal sebagai Sunan Ampel, saat dia berusia dua belas tahun. Tidak lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas murid kesayangannya itu dan mengirimnya bersama Makdhum Ibrahim ( yang juga dikenal sebagai Sunan Bonang) ke Pasai untuk mempelajari Islam sebelum memenuhi hasratnya untuk menunaikan ibadah haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq, yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri. Di sinilah Joko Samudra mendengar kisah tentang masa kecilnya.

Setelah berguru kepada ayahnya selama tiga tahun, Raden Paku, atau Raden 'Ainul Yaqin, diminta oleh gurunya, ayahnya sendiri, untuk kembali ke Jawa untuk menyebarkan ajaran Islam di Jawa.

B. Dakwah Sunan Giri

Puncak perjuangan dakwah Sunan Giri yaitu saat beliau berhasil mendirikan sebuah pesantren yang diamanahkan oleh ayahnya. Pesantren tersebut dibangun di perbukitan Desa Sidomukti, Gresik, Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, pesantren tersebut semakin dikenal di Pulau Jawa bahkan di seluruh nusantara. Baru 3 bulan saja pesantren ini sudah memiliki banyak santri yang ingin menimba ilmu bersama Sunan Giri.

        Banyaknya santri yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren tersebut, membuat pesantren itu semakin terkenal. Hal tersebut yang membuat perjuangan dakwah beliau di Pulau Jawa semakin mudah. Beliau juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Pulau Jawa bahkan di luar Pulau Jawa. Sunan Giri selanjutnya juga mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Giri Kedaton, dimana kerajaan ini mampu bertahan selama 200 tahun.

Setelah beliau meninggal, kedudukannya kemudian digantikan oleh beberapa keturunannya. Diantaranya yaitu Sunan Dalem, Sunan Giri Prapen, Sunan Sedo Margi, Sunan Kawis Guwa, Panembahan Ageng Giri, dan Panembahan Mas Witana Sideng Rana. Kemudian dilanjutkan kembali oleh Pangeran Sidonegoro (bukan keturunan Sunan Giri), dan dilanjutkan lagi oleh Pangeran Singosari.

Pada masa kepemimpinan Pangeran Singosari, terjadi sebuah serangan dari Sunan Amangkurat II yang ingin merebut kerajaan tersebut. Pangeran Singosari dari pasukannya berjuang keras demi mempertahankan Kerajaan yang dibuat oleh Sunan Giri. Pada saat itu, beliau kemudian dibantu oleh Kapten Jonker dan juga VOC. Pada akhirnya Pangeran Singosari berhasil mempertahankan Kerajaan Sunan Giri tersebut.

Namun setelah Pangeran Singosari meninggal pada tahun 1679 M, kemudian kerajaan Giri Kedaton tersebut ikut hancur. Meski begitu, nama Raden Paku atau Sunan Giri masih tetap dikenang hingga saat ini, karena beliau merupakan seseorang yang sangat mulia.

Metode Dakwah Sunan Giri

Pusat kegiatan dakwah Sunan Giri berada di Kerajaan Giri Kedaton yang beliau dirikan, sehingga di wilayah kerajaan tersebut mayoritas penduduknya memeluk ajaran agama Islam. Salah satu metode efektif untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah dengan mendirikan pondok pesantren. Metode tersebut juga dipergunakan oleh Sunan Giri, beliau mendirikan sebuah pesantren untuk memberikan pendidikan agama Islam. Dalam melakukan dakwahnya, beliau menciptakan beberapa lagu atau tembang untuk anak-anak. Lagu tersebut dibuatnya dengan tujuan agar anak-anak atau santri yang ada di pesantren tersebut lebih mudah untuk menyerap ilmu ajaran agama Islam.

Beberapa lagu yang beliau ciptakan yaitu Lir-ilir dan Dolanan Bocah, lirik lagu tersebut berisi tentang berbagai nilai-nilai atau pesan yang diambil dari ajaran Islam. Bahkan lagu tersebut juga masih banyak dinyanyikan hingga saat ini. Selain melalui lagu, beliau juga menciptakan berbagai permainan seperti Jelungan atau Jitungan yang hingga saat ini masih banyak dimainkan oleh masyarakat Jawa Timur.

Permainan tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengajarkan seseorang untuk bisa selamat dalam hidup di dunia dan di akhirat. Caranya yaitu dengan berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam.

Peran Sunan Giri dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara

Dalam perjuangan dakwahnya, Sunan Giri memiliki berbagai peran penting dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Berikut ini beberapa peran besar beliau dalam berdakwah di Pulau Jawa.

1. Peran di Blambangan, Jawa Timur

Setelah Raden Paku atau Sunan Giri melaksanakan ibadah haji di Mekah, beliau kemudian diberi amanat oleh Sunan Ampel untuk melakukan dakwah di daerah Blambangan, Jawa Timur.

Blambangan, Jawa Timur merupakan tempat kelahiran ibu kandungnya dan daerah yang dipimpin oleh kakeknya yaitu Prabu Minak Sembuyu yang dulu pernah membuang Sunan Giri ke samudera.

Meski begitu, saat Sunan Giri datang ke daerah tersebut, Prabu Minak Sembuyu sangat senang. Bahkan ia juga mengizinkan Sunan Giri untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Hingga agama Islam di daerah tersebut berkembang dengan pesat, dan pada akhirnya agama Hindu dan Buddha mulai tersisih dari daerah tersebut dan bergeser ke Pulau Bali yang sampai saat ini masih berkembang.

2. Peran di Kota Gresik, Jawa Timur

Pada suatu ketika Sunan Ampel juga pernah menugaskan Sunan Giri untuk mendatangi ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih di Kota Gresik. Namun maksud dari Sunan Ampel bukanlah itu saja, dimana Sunan Giri juga ditugaskan untuk membantu kegiatan berdagang ibunya tersebut sembari berdakwah. Sunan Giri tentu selalu melakukan dakwah ajaran Islam pada saat sedang membantu ibunya berdagang. Pernah pada suatu ketika keajaiban terjadi, dimana karung yang tadinya berisi pasir dan batu berubah menjadi berisi emas, damar, rotan, dan berbagai benda yang dibutuhkan saat itu.

Selain itu, Sunan Giri juga berhasil mengubah ibu angkatnya yang semula tidak pernah bersedekah menjadi orang yang sangat suka berzakat dan bersedekah.

Hal tersebut kemudian menjadikan Kota Gresik mengalami perkembangan yang sangat pesat terkait agama Islam.

3. Membuat Sebuah Pesantren

Setelah menikah, beliau tetap melaksanakan kegiatan dakwah dan tetap membantu ibunya untuk berdagang yang membuat beliau semakin dikenal secara luas. Dengan begitu banyak orang-orang berdatangan untuk belajar ilmu agama Islam dengan beliau. Agar bisa fokus untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam dengan sempurna, beliau kemudian meminta izin kepada ibunya untuk berhenti dari dunia perdagangan.

Kemudian setelah mendapatkan izin dari ibu angkatnya, Sunan Giri kemudian pergi ke sebuah goa yang ada di Desa Kembangan, Kota Gresik untuk melakukan tafakur selama 40 hari 40 malam. Selepas itu beliau kemudian teringan dengan segenggam tanah yang pernah diberikan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren di tanah Jawa. Hal tersebut yang kemudian mendasari pendirian pesantren yang dibantu oleh masyarakat sekitar dan ibu angkatnya.

4. Peresmian Masjid Demak



Saat peresmian Masjid Demak yang diresmikan oleh Sunan Kalijaga mempersembahkan sebuah pertunjukan wayang, ternyata Sunan Giri ikut berperan dalam peristiwa besar tersebut.

Pada awalnya pertunjukan wayang yang ingin dipersembahkan merupakan wayang rupa seperti wajah manusia atau yang disebut juga dengan wayang beber.

Namun hal tersebut ditentang oleh Sunan Giri karena kurang sesuai dengan ajaran Islam. Pada akhirnya Sunan Kalijaga berpikir dan mengganti hal tersebut dengan menggunakan bentuk wayang karikatur, yang saat ini dikenal dengan wayang kulit. Peresmian Masjid Demak dibuka untuk umum secara gratis. Namun sebagai gantinya, persyaratan untuk bisa melihat pertunjukan tersebut adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam. Hal tersebut membuat banyak orang yang masuk ke agama Islam.

 Peninggalan Sunan Giri

Sepeninggal beliau, Sunan Giri meninggalkan beberapa peninggalan yang masih terjaga hingga kini. Berikut ini beberapa peninggalan dari Sunan Giri.

1. Masjid

Peninggalan Sunan Giri yang pertama yaitu sebuah masjid. Masjid tersebut lokasinya berada di sebelah makam beliau. Masjid asli peninggalan beliau yaitu bangunan yang berada di bagian tengah. Masjid tersebut memiliki gaya arsitektur yang cukup unik, karena mengkombinasikan antara gaya arsitektur Islam, Jawa, dan Hindu.

2. Giri Kedaton

Salah satu peninggalan Sunan Giri yang paling terkenal yaitu Giri Kedaton. Giri sendiri memiliki arti bukit, dan kedaton berarti keraton.

Giri Kedaton tersebut dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan Giri yang dipimpin oleh Sunan Giri, Giri Kedaton tersebut juga merupakan sebuah pondok pesantren.

Menurut sejarah, kerajaan Giri tersebut mampu bertahan sekitar 200 tahun dan telah melewati beberapa generasi. Lokasi Giri Kedaton sangatlah strategis, dimana Giri Kedaton terletak di tempat paling tinggi di Gresik yaitu di Desa Sidomukti.

3. Museum

Semua peninggalan beliau juga tersimpan rapi di sebuah Museum Sunan Giri. Museum tersebut terletak di area terminal bus Maulana Malik Ibrahim yang juga tidak jauh dari alun-alun Kota. Di dalam museum tersebut bisa ditemukan berbagai benda peninggalan dari Sunan Giri.

4. Telogo Pegat

Peninggalan Sunan Giri yang terakhir yaitu Telogo Pegat. Telaga ini memiliki bentuk yang sangat besar seperti danau. Telogo Pegat ini terdapat di kawasan Giri, Kebomas, Gresik. Menurut warga setempat, telaga ini tidak pernah surut meskipun sedang terjadi kemarau panjang..


Nama-nama nabi palsu erikut adalah daftar beberapa orang yang tercatat dalam sejarah sebagai nabi palsu, yang mengaku-ngaku menerima wahyu a...